Publishare.id – Di tengah gemuruh kendaraan yang melintas di Gorontalo Outer Ring Road (GORR), seorang bayi perempuan menangis lirih sejak Jumat sore. Suara kecilnya, yang seharusnya memanggil ibunya untuk datang memeluknya, malah disangka suara makhluk halus. Ironis, bukan? Ketika seorang manusia lebih memilih percaya pada hantu daripada menerima kenyataan pahit bahwa ada seorang ibu yang tega meninggalkan darah dagingnya begitu saja.
Yasin dan Irwan, dua warga yang akhirnya menemukannya pada Sabtu pagi, awalnya juga ragu. Suara tangisan itu mereka abaikan karena takut. Wajar, manusia memang sering takut pada yang tak terlihat. Tapi mungkinkah mereka juga takut melihat kenyataan? Bahwa di dunia yang katanya penuh kasih ini, seorang bayi bisa dibiarkan merintih kesepian di dalam kardus selama berjam-jam?
Bayi itu ditemukan dengan kepalanya diikat selembar kain menyerupai jilbab. Simbol kesucian, perlindungan, dan kehormatan. Sungguh ironis, karena justru dia yang paling membutuhkan perlindungan malah dibuang di tempat yang sepi, di dekat deker jalan, tanpa ada seorang pun yang menemaninya melewati malam.
Saat ditemukan, tubuh kecilnya mungkin sudah letih. Mungkin dia menangis semalaman, berharap ibunya kembali, berharap ada kehangatan, berharap dunia ini tidak sekejam yang baru saja dia alami. Tapi tentu saja, harapan itu hanya milik mereka yang masih punya sesuatu untuk diperjuangkan. Bayi itu tidak punya apa-apa—tidak nama, tidak rumah, tidak pelukan yang seharusnya menyambutnya ke dunia.
Sekarang, bayi perempuan itu ada dalam perawatan seorang bidan. Mungkin dia akan tumbuh besar tanpa pernah tahu siapa yang melahirkannya. Mungkin suatu hari nanti, dia akan bertanya, “Apa salahku sampai aku ditinggalkan begitu saja?” Dan mungkin, tidak ada yang bisa menjawab pertanyaannya.
Di luar sana, entah di mana, ada seorang ibu yang mungkin sedang makan, tidur, atau tersenyum tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Mungkin dia merasa lega telah “menitipkan” bayinya pada semesta. Atau mungkin dia sedang dihantui suara tangisan yang ia abaikan sejak Jumat sore.
Satu hal yang pasti, bayi ini telah mengenal rasa sakit bahkan sebelum ia mengenal arti hidup. Selamat datang di dunia, Nak. Dunia yang bahkan sebelum kau bisa berbicara, sudah mengajarkanmu betapa kerasnya kehidupan.(Sumber: Mom’s Alief)