Publishare.id, Surabaya- Andrea Hartoko Aji Putra Mahasiswa Sistem Komputer Stikom Surabaya ini merupakan pembuat alat sistem Deteksi kantuk (Sidekan), guna mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Alat tersebut nantinya bakal mendeteksi wajah pengemudi mobil yang mengantuk.
“Jadi alat ini merupakan alat pendeteksi wajah pengemudi yang mengantuk, dan lebih efisien digunakan di dalam mobil,” kata penemu Si Dekan, Andrea Hartoko Aji Putra Perdana saat diwawancarai di Stikom Surabaya, Kamis (14/7/2022).
Melalui sensor wajah, alat ini secara otomatis mendeteksi pengemudi yang mengantuk, khususnya pada pejaman mata. Metode deteksi mata kantuk pada sistem ini menggunakan regression trees berdasarkan facial landmarks detection.
Andrea mengungkapkan alat ini merupakan rakitan dari Raspicam, Rasberry PI, dan Buzzer sebagai sensor aktivitas pengemudi. Tekniknya, Si Dekan diletakkan di dasboard, Alat ini merekam akan secara otomatis wajah pengemudi. Jika mendeteksi kantuk, Buzzer akan memberi respon alarm kepada pengemudi.
“Raspberry PI ini sebagai pengganti komputer, jadi bisa dibilang ini mini PC, karena bentuknya yang minimalis dan dapat menghasilkan real time dengan delay berkisar 0,16 detik lebih lambat dari komputer,” tambahnya.
Jadi alat ini tidak akan mendeteksi jika pengemudi hanya berkedip saja. Alat ini secara otomatis juga untuk mendeteksi setiap pergantian pengemudi, karena memang yang menjadi fokus alat deteksi ini adalah mata.
“Misalnya pagi saya yang mengemudi, lalu siangnya ayah saya. Nah pergantian ini tidak menjadi kendala untuk Si Dekan,” ungkap Andrea.
Andrea menambahkan, proses pembuatan Si Dekan sendiri melibatkan 30 orang. Mereka secara bergantian mencoba hingga akhirnya tercipta alat yang stabil dan efektif. Karena kondisi di jalan, dan postur setiap individu berbeda menjadi tantangan tersendiri dalam proses pembuatannya.
“Ada trial and error saat uji coba, salah satunya karena guncangan, dan juga postur yang berbeda. Itu yang membuat alat deteksi tidak akurat,” tambahnya.
Kemudian, untuk mengantisipasi hal tersebut, lanjut Andrea, dirinya menambahkan program yang disebut sintak untuk si dekan. Program ini untuk memfokuskan deteksi pada aktivitas pengemudi saja, jadi sistem sensornya tidak terganggu guncangan.
Sayangnya, ungkap Andrea, alat ini masih belum bisa digunakan untuk orang yang bermata sipit. Karena alat sensornya belum memadai dalam mendeteksi lebar mata setiap orang. “Nantinya akan saya usahakan solusinya. Agar inovasi ini dapat digunakan untuk semua orang,” tandasnya.(PS/01)